Dalam beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, penggunaan Agents AI telah menjadi bagian integral dari proses pembelajaran, terutama dalam membantu guru mempersonalisasi metode belajar berdasarkan kebutuhan individu siswa.
Agents AI menawarkan beberapa keunggulan signifikan yang sulit ditandingi oleh metode pembelajaran tradisional. Menurut riset terbaru dari Stanford University (2023), penerapan AI dalam pembelajaran mampu meningkatkan daya serap siswa hingga 25 persen.
AI mampu mengidentifikasi pola belajar siswa, mendeteksi secara real-time kapan seorang siswa mengalami kesulitan memahami materi, dan langsung menawarkan solusi spesifik yang sesuai. Hal ini menjadi nilai tambah besar di tengah tantangan pendidikan yang semakin kompleks dan tuntutan akan individualisasi pembelajaran.
Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah apakah kecanggihan teknologi ini mampu sepenuhnya menggantikan peran guru? Guru tidak hanya bertanggung jawab dalam transfer ilmu, tetapi juga sebagai pendidik karakter, mentor, hingga sosok inspiratif yang memberikan motivasi dan dukungan emosional.
Hasil penelitian dari Harvard Graduate School of Education (2022) menunjukkan bahwa faktor emosi dan hubungan interpersonal antara guru dan siswa sangat penting dalam membentuk hasil pembelajaran yang positif. Meski AI dapat membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh siswa, AI belum mampu memahami kompleksitas emosional manusia secara mendalam.
Dengan demikian, peran ideal dari Agents AI dalam pendidikan seharusnya adalah sebagai mitra guru, bukan penggantinya. AI bisa menangani aspek teknis, administrasi, dan personalisasi konten pembelajaran, sementara guru tetap berfokus pada aspek interpersonal, moral, dan emosional yang lebih mendalam. (*)
Post a Comment for "Peran Agents AI dalam Pendidikan: Dapatkah Menggantikan Peran Guru ?"